Senin, 30 Agustus 2010

Uji kualitas Air Parit Pertigaan Lampu Merah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga sub Inlet Sungai Gajah Wong Yogyakarta

Uji kualitas Air Parit Pertigaan Lampu Merah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga sub Inlet Sungai Gajah Wong Yogyakarta

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Air mempunyai peranan penting bagi seluruh kehidupan di dunia. Manusia memanfaatkan air untuk keperluan air minum, memasak, mandi, mencuci dan dipakai sebagai pembangkit tenaga listrik. Bagi tumbuhan air sangat berperan penting dalam proses fotosintesa. Seperti pada manusia, hewan dan juga mikroorganisme memerlukan air untuk proses metabolisme
Berdasarkan kualitasnya, air dibedakan menjadi dua, yaitu : air bersih dan air tercemar. Air bersih mempunyai ciri-ciri : tidak berbau, tidak berwarna, tidak berbusa dan pH netral. Sedangkan air tercemar jika dilihat dari kondisi fisik menunjukkan ciri-ciri : berbau, berwarna, berbusa dan pH tidak netral.
Air berperan penting dalam keseimbangan ekosistem. Namun ketersediaan di berbagai habitat sangat bervariasi. Organisme air memanfaatkan air sebagai habitat, misalnya ikan hidup terendam dalam air. Habitat air tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternalnya. Keseimbangan ekosistem air mengalami permasalahan apabila tekanan osmosis intraselulernya tidak sesuai dengan tekanan osmosis air di sekitarnya (Maizer,2007). Kondisi di atas terjadi dapat disebabkan karena air telah tercemar oleh limbah air.
Pencemaran merupakan penyimpangan dari keadaan normalnya. Misalnya pencemaran air sungai dimana suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan dari keadaan normalnya. Menurut Wardhana ( 1995) menyatakan bahwa keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air. Pencemaran air dapat dijadikan sebagai indikator yang menentukan kualitas air.
Pencemaran air dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu : dari bahan organik, anorganik, zat kimia, dan limbah. Bahan buangan organik biasanya berupa limbah yang dapat terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga dapat meningkatkan perkembangan mikroorganisme. Sedangkan bahan buangan anorganik berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan mikroorganisme tidak dapat mendegradasinya. Macam-macam bahan anorganik bersal dari logam-logam seperti : ion kalsium (Ca), ion magnesium (Mg), ion timbal (Pb), ion arsen (As), dan air raksa (Hg). Apabila logam-logam tersebut mencemari air, maka akan terakumuasi akibatnya sifat air menjadi sadah dan mengganggu kesehatan manusia. Bahan buangan yang berasal dari zat kimia dihasilkan dari sabun, bahan pemberantas hama, zat warna kimia, larutan penyamak kulit dan zat radioaktif. Dan yang terakhir adalah limbah, yaitu zat,energi dan atau komponen lain yang dikeluarkan , dibuang akibat sesuatu kegiatan baik industri maupun non-industri (Peraturan Daerah Tingkat I Bali 1988). Limbah yang dihasilkan dapat menimbulkan gas yang berbau busuk misalnya H2S dan ammonia (Kadek Diana, 2007).
Dewasa ini air menjadi masalah yang sangat penting, karena keberadaan air bersih manjadi barang mahal. Air yang dahulu melimpah akan kandungan mineral dan oksigen, kini telah banyak terjadi kasus pencemaran air. Pencemaran air ini disebabkan oleh ulah manusia yang kurang memperhatikan lingkungan. Diantara ulah manusia itu adalah kebiasaan manusia membuang sampah ke sungai, mengalirkan limbah MCK, pembuangan limbah pabrik dan pembuangan limbah rumah tangga. Selain itu sisa-sisa pupuk atau pestisida dari derah pertanian, limbah kotoran ternak, hasil kebakaran hutan dan endapan sisa-sisa gunung berapi meletus juga mengakibatkan terjadinya pencemaran air (Lutfi, 2009). Pencemaran air ini dapat menurunkan kualitas air yang telah ditentukan. Gajah Wong merupakan salah satu sungai yang ada di propinsi Yogyakarta. Jika dilihat dari warna air sungai menunjukkan adanya pencemaran. Pencemaran air ini diduga berasal dari parit-parit yang mengalir ke sungai, salah satunya parit sepanjang jalan Solo. Sehingga perlu adanya uji kualitas air yang meliputi fisik, kimia dan uji mikrobia terhadap kualitas air parit pertigaan lampu merah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga sub inlet sungai Gajah Wong Yogyakarta.

B. Batasan masalah
1. Uji kualitas limbah cair di parit pertigaan lampu merah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan sub inlet sungai Gajah Wong Yogyakarta.
2. Uji kualitas air dilakukan pada uji kimia, fisika dan mikrobia.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Bagaimana kualitas air parit pertigaan lampu merah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga sub Inlet Sungai Gajah Wong Yogyakarta, apakah masih pada ambang normal atau tidak menurut Peraturan Pemerintah. No.20 Tahun 1990?
D. Tujuan penelitian
Mengetahui kuaslitas air parit pertigaan lampu merah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan sub inlet sungai Gajah Wong Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui kualitas air parit pertigaan lampu merah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan sub inlet sungai Gajah Wong Yogyakarta.
2. Data yang diperoleh dapat menjadi refrensi untuk peneliti beikutnya dalam uji kualitas air

F. Hipotesa
Kualitas air di parit sepanjang Hotel Saphir sampai dengan sub Inlet Sungai Gajah Wong Yogyakarta di atas ambang normal.





















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Air
Air (H2O) merupakan sebagian unsur kimia yang berada dalam bentuk cair pada tekanan biasa dan pada suhu bilik. Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Air diperlukan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, pengairan dalam bidang pertanian dan minuman untuk ternak. Selain itu, air juga sangat diperlukan dalam kegiatan industri dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidup manusia. Namun dibalik manfaat-manfaat tersebut, aktivitas manusia di bidang pertanian, industri, dan kegiatan rumah tangga dapat dan telah terbukti menyebabkan menurunnya kualitas air. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu (Efendi, 2003).
Upaya pemenuhan kebutuhan air oleh manusia dalam kehidupan sehari–hari dapat dengan mengambil air dari dalam tanah, air permukaan, atau langsung dari air hujan. Dari ketiga sumber air tersebut, air tanah yang paling banyak digunakan karena air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber-sumber lainnya antara lain karena kualitas airnya yang lebih baik serta pengaruh akibat pencemaran yang relatif kecil. Akan tetapi air yang dipergunakan tidak selalu sesuai dengan syarat kesehatan, karena sering ditemui air tersebut mengandung bibit ataupun zat-zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit yang justru membahayakan kelangsungan hidup manusia (Suripin, 2002).
Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih tidak akan berfungsi. Menurut Suyono (1993), macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan sebagai sumber air minum adalah sebagai berikut:
1. Air laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl.Kadar garam NaCl dalam air laut 3 % dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk diminum.
2. Air Atmosfer
Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi atau karatan. Juga air ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.
3. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macam yaitu air sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai air minum, seharusnya melalui pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah membusuk, yang menyebabkan warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah.
4. Air tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam zone jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.
5. Mata air
Mata air yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan air dalam.
B. Sungai
Sungai adalah air hujan atau mata air yang mengalir secara alami melalui suatu lembah atau diantara dua tepian dengan batas jelas, menuju tempat lebih rendah(laut, danau,atau sungai lain). Sungai terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir:
1. Bagian hulu sungai terletak di daerah yang relatif tinggi sehingga air dapat mengalir turun.
2. Bagian tengah sungai terletak pada daerah yang lebih landai.
3. Bagian hilir sungai terletak di daerah landai dan sudah mendekati muara sungai.



Jenis-jenis sungai dibagi menjadi 5, yaitu sumgai hujan, sungai gletser, sungai campuran, sungai permanen.
1.Sungai hujan adalah sungai yang berasal dari hujan.
2. Sungai gletser adalah sungai yang airnya berasal dari gletser atau bongkahan es yang mencair.
3. Sungai campuran adalah sungai yang airnya berasal dari hujan dan salju yang mencair.
4. Sungai permanen adalah sungai yang airnya relatif tetap.
5. Sungai periodik adalah sungai dengan volume air tidak tetap.(Anonim,2010)
C. Kualitas Air
Kualitas air dapat dilihat dari sifat fisika, kimiawi dan biologis. Air yang mempunyai kualitas baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :
1. Persyaratan fisika
a) Air tidak keruh
b) Air tidak berwarna
c) Rasanya tawar
Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
d) Temperaturnya normal
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat membahayakan kesehatan dan menghambat pertumbuhan mikro organisme.
e) Tidak padatan terlarut total (Total Dissolved Solid/ TDS) Air
Baku mutu air Tahun 2001 menetapkan bahwa kadar maksimum TDS yang diperbolehkan dalam penggunaan air golongan I, II dan III adalah 1000 mg/l, sedangkan untuk golongan IV sebesar 2000 mg/l.
f) pH (derajat keasaman)
Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6-7,5.

Fluktuasi nilai pH pada air sungai dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain:
(1) Bahan organik atau limbah organik. Meningkatnya kemasaman dipenga-ruhi oleh bahan organik yang membebaskan CO2 jika mengalami proses penguraian,
(2) Bahan anorganik atau limbah anorganik. Air limbah industri bahan anorganik umumnya mengandung asam mineral dalam jumlah tinggi sehingga kemasamannya juga tinggi,
(3) Basa dan garam basa dalam air seperti NaOH2 dan Ca(OH)2 dan sebagainya. (iv) Hujan asam akibat emisi gas. pH air hujan ini dapat mencapai 2 atau 3 berada jauh dibawah pH air hujan normal yaitu sekitar pH 5,6 (Siradz, 2008)
2. Persyaratan Kimia
a) Besi
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal.
b) Aluminium
Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi.
c) Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada alat merebus air (panci / ketel)selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas.
d) Nitrat dan nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.
e) Zink atau Zn Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l. penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak (Depkes, 2002).
f) COD (Chemical Oxygen Demand)
COD menunjukkan jumlah oksigen total yang dibutuhkan untuk mengoksi dasi bahan secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar didegradasi secara biologis (non-biodegradable). Sedangkan BOD hanya menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikrobia aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Oleh karena itu nilai COD pada umumnya lebih tinggi daripada nilai BOD. Nilai COD dapat digunakan sebagai ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut (DO) di dalam air (Nurdijanto, 2000).
g) Oksigen Terlarutkan (Disolved Oksigen /DO)
Oksigen dibutuhkan oleh hampir semua organisme untuk hidupnya. Pada kehidupan hewan, oksigen merupakan salah satu komponen utama di dalam proses metabolisme dan proses respirasi, namun kebutuhan akan oksigen pada setiap hewan bergantung pada jenis, stadia dan aktivitasnya. Oksigen terlarutkan di dalam air menunjukkan cadangan oksigen dalam air sungai tersebut. Oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup dalam air. Kadar oksigen terlarut dalam perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/l. Oleh karena itu kadar oksigen terlarutkan dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas air. Penurunan kadar oksigen terlarut dalam perairan merupakan indikasi kuat adanya pencemaran terutama pencemaran bahan organik (Siradz, 2008).
h) Persyaratan mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai berikut :
(1) Tidak mengandung bakteri patogen
misalnya: bakteri golongan coli; Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain-lain. Kuman-kuman ini mudah tersebar melalui air.
(2) Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton coliform, Cladocera dan lain-lain. (Sujudi, 1995).
D. Pencemaran Air
Pencemaran adalah suatu penyimpangan dari keadaan normalnya. Jadi pencemaran air tanah adalah suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air (Wardhana, 1995). Pencemar air dapat menentukan indikator yang terjadi pada air lingkungan.
Pencemar air dikelompokkan sebagai berikut :
1. Bahan buangan organik
Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal ini dapat mengakibatkan semakin berkembangnya mikroorganisme dan mikroba patogen pun ikut juga berkembang biak di mana hal ini dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit.
2. Bahan buangan anorganik
Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air, sehingga hal ini dapat mengakibatkan air menjadi bersifat sadah karena mengandung ion kalsium (Ca) dan ion magnesium (Mg). Selain itu ion-ion tersebut dapat bersifat racun seperti timbal (Pb), arsen (As) dan air raksa (Hg) yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia.
3. Bahan buangan zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya seperti bahan pencemar air yang berupa sabun, bahan pemberantas hama, zat warna kimia, larutan penyamak kulit dan zat radioaktif. Zat kimia ini di air lingkungan merupakan racun yang mengganggu dan dapat mematikan hewan air, tanaman air dan mungkin juga manusia (Harmayani dan Konsukartha, 2007).







E. Standar Kualitas Air
Menurut peraturan pemerintah No. 20 tahun 1990, standar kualitas air di perairan umum dapat ditinjau secara fisika, kimia, mikrobiologis, dan radioaktivitas. Berdasarkan beberapa parameter tersebut, air digolongkan menjadi empat yaitu golongan A, B, C, dan D.
Golongan A merupakan air yang dapat digunakan sebagai air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu. Golongan B merupakan air yang digunakan sebagai bahan baku air minum melalui suatu pengolahan. Pada golongan C, air digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. Sedangkan golongan D , air digunakan untuk pertanian dan usaha perkotaan, industry dan PLTA. (Depkes, 2002)
Banyaknya suatu bakteri seperti E. coli dan coliform dalam air menunjukkan rendahnya kualitas air yang dimiliki. Menurut Depkes (2002), semakin banyak jumlah bakteri E. coli dan coliform, kualitas airnya semakin menurun.















BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Mikrobiologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta selama satu minggu pada minggu terakhir bulan Maret 2010.

B. Alat
Adapun peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah Erlenmeyer, tabung pengukuran CO2, gelas beker, thermometer g/alkohol, secchi disk, pH meter, tabung reaksi, kawat inokulasi, mikroskop, spektofotometer, inkubator, erlemmeyer.

C. Bahan
C1. Bahan Sampel
Sampel air yang digunakan pada penelitian ini diambil di air parit pertigaan lampu merah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan sub inlet Sungai Gajah Wong.
C2. Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia yang dipakai pada penelitian ini adalah MnSO4, KOH-KI, Air aquades, Na2S2O3, Indikator pp, Larurtan NaOH, H2SO4 pekat, Yeast extrack, NaCl, Pepton atau tripton, dan Alkohol. Bahan sampel adalah air sampel.
D. Cara Kerja
D.1. Pembuatan media LB ( Lauryl Burtany)
5 gr Yeast extract ditambah 10 gr NaCl ditambah 10 gr tripton diencerkan dengan aquadest sampai volume 1 liter. Kemudian di aliquot pada tabung reaksi dan selanjutnya diautoclave 1 atm 15 menit.
D.2. Pengambilan sampel
Sampel diambil dengan cara memasukan wadah ke air searah aliran sungai dengan pengulangan tiga kali. Sampling dilakukan pada lokasi yang sama yaitu dari selokan pertigaan lampu merah di depan perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebelah timur.
D.3. Pengamatan kualitas air secara kimia
Pengukuran DO (Dissolved Oxygen ) dengan metode Micro winker
Diambil air sampel yang akan di ukur sebanyak 40cc dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian ditetesi dengan MnSO4 ( 480 g MnSO4. 4H2O dalam 1 liter akuades ) dan KOH-KI 22 tetes (1 ml) (700 g KOH dan 150 g KI dalam 1 Liter akuades ) masing-masing sebanyak 8 tetes, digoyang perlahan dan akan terbentuk endapan coklat. Dimasukkan larutan H2SO4 pekat sebanyak 5 cc lewat dinding Erlenmeyer di goyang berlahan, sehingga endapan coklat akan hilang dan warna air sempel akan berubah menjadi kuning. ditambahkan air sampel ke dalam Erlenmeyer , sehingga volume menjadi 50 cc dan didiamkan selama 10-15 menit. Setelah itu titrasi dengan larutan NA2S2O3 ( 0,025 N ) (titrasi ), sehingga warna berubah menjadi kuning pucat. Tetesi dengan indikator amilum sebanyak 8 tetes dan warna akan berubah menjadi biru tua. Titrasi kembali dengan larutan NA2S2O3 (titrasi 2 ), sehingga warna biru tepat hilang ( catat volume titran/jumlah skala yang digunakan dalam titrasi 1 dan 2
Kadar DO =


a. Pengukuran CO2 bebas dengan metode Mocro Winkler
Diambil air sampel sebanyak 20 cc dan dimasukkankedalam tabung pengukur CO2. Ditetesi dengan indicator pp (0,035%) sebanyak 3 tetes, apabila berwarna merah berarti tidak ada CO2bebas dan pekerjaan dihentikan. Apabila air sempel tetap (tidak timbul warna merah muda ) dilanjutkan dengan titrasi dengan larutan NaOH 0,02N, sehingga timbul warna merah muda.Catat warna NaOH yang digunakan.
Kadar CO2 bebas=




D.4. Pengukuran Kualitas air secara fisik
1). Pengukuran pH
Diambil air sampel, dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian kertas pH dimasukkan ke dalam air sampel tersebut. kertas tersebut diangkat dan diukur pH nya sesuai standar indikator pH universal.
2). Pengukuran kualitas air secara mikrobiologi
Penentuan kualitas koliform dilakukan dengan 15 tabung ( seri 5-5-5 ). Medium yang digunakan adalah LB (Lauryl Burtany) masing-masing tabung berisi 5 ml untuk 2 kali konsentrasi, dan masing-masing 10ml untuk konsentrasi 1 kali., Setiap tabung dimasukkan tabung Durcham dalam posisi terbalik.
Untuk pengujian yang menggunakan 15 tabung, pada 5 seri tabung pertama diisi 5 ml sampel air, 5 seri tabung kedua diisi dengan 1 ml sampel air, dan 5 seri tabung ketiga diisi dengan 0,1 ml sampel air. Semua tabung reaksi kemudian diinkubasi pada inkubator pada suhu 37°C. Setelah masa inkubasi 1-2 x 24 jam diamati terbentuknya gas(gelembung udara pada tabung Durcham) dan perubahan warna media (media menjadi keruh). Jika terdapat gelembung udara pada tabung durham atau media berubah warna menjadi keruh maka menunjukkan adanya bakteri E.coli. Analisis dilakukan dengan metode MPN (Most Probable Number).




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Tabel 1. Hasil uji kualitas air
Pengujian Hari ke- Rata-rata
1 2 3
kimia DO (ppm) 24 43,5 10,9 26,13
CO2 (ppm) 6,68 4,75 1,136 4,18
mikrobia E.coli >1600 >1600 >1600 >1600
fisika pH 8 8 7 7,6
kekeruhan +++ ++ +
bau +++ ++ +












Gambar 1.Grafik kadar DO
Ket:
Percobaan 1 : hari senin
Percobaan 2 : hari rabu
Percobaan 3: hari jum’at









Gambar 2.Grafik kadar DO

Keterangan :
Percobaan 1 : hari senin
Percobaan 2 : hari rabu
Percobaan 3: hari jum’at

F. PEMBAHASAN
Uji kualitas air dilakukan secara fisik, kimia, biologi. Uraian pengukuran dan hasil pembahasan masing-masing adalah sebagai berikut :
1. Pengujian Fisik
a) pH
Pengukuran pH yang dilakukan menunjukkan hasil yang berbeda. Pada hari Senin hasil pengukuran pH adalah 8, pH pada hari Selasa yaitu 8, sedangkan pH pada hari Jum`at adalah 7. Secara teoritis pH normal berkisar 6 - 7,5. Pada hari Senin dan Rabu menunjukkan bahwa pH air sampel yang diambil adalah bersifat basa. Sedangkan pH sampel pada hari Rabu adalah bersifat netral atau normal. Pengukuran pH dilakukan karena berperan dalam aktivitas enzim. Pada pH 8 meningkatkan kerja enzim sehingga laju metabolismenya meningkatkan pada algae, mikroorganisme, fitoplankton. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya konsentrasi DO (oksigen terlarut). Sehingga pada konsentrasi DO (oksigen terlarut) diperoleh nilai tinggi .Faktor-faktor yang mempengaruhi pH air parit adalah adanya sampah organik yang didegradasi oleh mikroorganisme dan sampah anorganik yang mengandung banyak asam mineral.
b) Bau
Bau yang ditimbulkan dari air limbah tersebut pada hari Senin menunjukkan air limbah yang sangat bau. Pada hari Rabu dan Jum’at bau yang ditimbulkan dari air limbah adalah bau. Air yang bau menunjukkan bahwa air tersebut tercemar. Hari Senin lebih bau dari pada hari Rabu dan Jum’at. Hal ini menunjukkan bahwa air pada hari Senin lebih tercemar dari pada hari Rabu dan Jum’at. Ini disebabkan karena aktifitas pengunjung pada hari Sabtu dan Minggu lebih banyak dari pada hari Rabu dan Jum’at yang menyebabkan terjadinya akumulasi limbah pada parit di lokasi pengambilan sampel. Bau tersebut ditimbulkan karena adanya aktifitas mikroorganisme dalam merubah sampah organik menjadi senyawa anorganik dan CO2
2. Uji kimia
Pengujian kimia merupakan salah satu cara untuk mengetahui kualitas air, apakah air tersebut masih pada ambang batas normal atau tidak. Pada pengujian kualitas air ini menggunakan parameter DO (Dissolved Oxygen/Oksigen Terlarut) dan parameter CO2 (karbondiosida). Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, untuk parameter DO (Oksigen Terlarut) di dapat nilai rata-rata 26,13 ppm. Secara teoritis, kadar oksigen terlarut untuk air limbah normal kurang dari 10 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kadar oksigen terlarut pada air limbah ini melebihi ambang batas normal. Tingginya kadar oksigen terlarut dalam air dapat diduga adanya aktivitas mikroorganisme anaerob yang mendegradasi sampah organik tanpa menggunakan oksigen. Aktivitas mikroorganisme tersebut dapat menimbulkan bau pada air.
Sedangkan untuk parameter parameter CO2 (karbondiosida) diperoleh rata-rata 4,18 ppm. Secara teoritis kadar CO2 lebih tinggi dari 10 ppm diketahui menunjukkan bersifat racun. Karbon dioksida dalam air pada umumnya merupakan hasil respirasi dari ikan dan phytoplankton. Maka dari sini dapat diketahui bahwa jika dipandang dari parameter CO2 untuk air limbah ini dapat dikatakan tidak bersifat racun. Jika CO2 yang terkandung dalam air terlalu banyak dapat menyebabkan keracunan bagi organisme air.
Rendahnya kandungan CO2 dalam air dapat disebabkan banyaknya mikroorganisme yang mendegradasi bahan buangan organik tanpa menghasilkan CO2. Berbeda halnya dengan mikroorganisme aerob yang menggunakan bahan buangan organic dan O2 yang menghasilkan CO2, H2O, dan NH3 (Warlina, 2004).
Dengan demikian di dalam air sampel banyak terkandung mikroorganisme anaerob daripada mikroorganisme aerob.
Dengan demikian banyaknya mikroorganisme anaerob dalam air dapat menyebabkan kandungan O2 lebih tinggi karena mikroorganisme tersebut tidak menggunakan oksigen dalam mendegradasi bahan buangan organic. Sedangkan kadar CO2 lebih rendah karena tidak adanya proses degradasi bahan buangan organik secara aerob. Semakin tinggi kandungan O2 dalam air, kadar CO2 semakin rendah.
Pada hari kedua kadar oksigen terlarut menunjukkan angka tertinggi. Oksigen terlarut yang terkandung dalam air berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Pada hari kedua ini, kemungkinan mikroorganisme tidak mengunakan oksigen melainkan menggunakan senyawa organik. Sehingga oksigen terlarut pada hari kedua tertinggi.
Jenis limbah mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air. Limbah selokan hotel saphir ini sebagian besar merupakan limbah organik. Sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati. Bau busuk ini berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.
3. Pengujian mikrobiologi
Uji kualitas air secara mikrobiologi dilakukan dengan menguji adanya bakteri E. coli. E. coli merupakan bakteri coliform fecal yang berasal dari manusia. Bakteri E. coli merupakan bakteri yang dapat dijadikan sebagai indicator adanya pencemaran. Keberadaan E. coli juga merupakan indicator adanya bakteri pathogen lainnya. Peningkatan jumlah E. coli menyebabkan penurunan kualitas air. E. coli yang tercemar dalam air dapat menyebabkan sakit perut dan beberapa gangguan kesehatan lainnya. Seperti yang disebutkan oleh Zein (2004) bahwa bakteri E. coli bersifat enterophatogenic yang melekat pada epitel usus sehingga menyebabkan kerusakan membrane mikrovili yang mengganggu permukaan absorpsi dan aktivitas disakarida.
Untuk menguji jumlah bakteri E. coli, diambil sampel yang kemudian diinokulasikan dalam medium LB (Lauril Burtany). Medium LB (Luria-Bertani) biasa digunakan dalam mengkulturkan bakteri E. coli. Medium LB menyediakan asam amino tryptofan, vitamin dan beberapa metabolit lainnya yang disintesis oleh bakteri E. coli. Dalam percobaan ini, medium dibuat dalam tiga jenis pengenceran sebagai perbandingan. Masing-masing pengenceran berjumlah lima tabung reaksi berisi tabung durham yang pasang terbalik. Tabung durham berfungsi untuk menangkap gas CO2 yang merupakan sisa metabolit bakteri. Dengan demikian adanya bakteri E. coli dalam tabung ditandai dengan adanya gelembung pada tabung durham. Selain itu indicator adanya E. coli juga ditandai dengan adanya kekeruhan medium.
Untuk mengetahui jumlah E. coli digunakan system 5-5-5 yaitu 5 tabung untuk 10 ml, 5 tabung untuk 1 ml, dan 5 tabung untuk 0,1 ml. Apabila dari 15 tabung positif adanya E. coli, maka jumlah E. coli adalah >1600. Hasil inkubasi pada hari pertama hingga hari ketiga diperoleh >1600 bakteri. Pada hari pertama menunjukkan adanya E.coli pada seluruh tabung yang ditunjukkan dengan adanya gelembung pada tabung dan kekeruhan medium. Hari kedua dan ketiga tidak semua tabung menghasilkan gelembung pada tabung durham namun seluruh medium pada tabung tampak keruh. Hal tersebut dapat diduga karena beberapa bakteri belum melakukan metabolit secara sempurna yang menghasilkan gelembung.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia, penggunaan untuk air minum mensyaratkan dalam 100 ml air terkandung 0 coliform. Dengan demikian, berdasarkan data tersebut, air sungai selokan telah tercemar oleh bakteri E. coli yang mengandung lebih dari 1600 bakteri. Hal ini menunjukkan bahwa air parit pertigaan lampu merah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dengan sub Inlet Sungai Gadjah Wong Yogyakarta amat sangat tercemar.

BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan uji fisik,kimia dan mikrobiologi diatas dapat disimpulkan bahwa air limbah ini telah tercemar dan secara umum telah diambang batas normal.

Daftar Pustaka
Achmad Lutfi. 2009. Sumber Dan Bahan Pencemar Air
Anonim, 1988. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Bali Nomor 16 Tahusn 1988,
Tentang Pengawasan dan Penaggulangan Pencemaran Lingkungan Oleh Limbah, Denpasar, Bali.
Depkes. 2002. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum/Air Bersih. Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Harmayani, Kadek Diana dan I. G. M. Konsukartha. 2007. “Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik Di Lingkungan Kumuh’. Jurnal Permukiman Natah. Denpasar : Universitas Udayana. Vol, 5. NO. 2 Agustus 2007 : 62 – 108
Nahdi, M. S, dan Solikhah J .2007.Biologi Umum.Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Nurdijanto, 2000. Kimia Lingkungan. Pati: Yayasan peduli Lingkungan
Siradz, Syamsul A., dkk. 2008. Kualitas Air Sungai Code, Winongo dan Gajahwong, Daerah Istiewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 8,. No. 2 (2008) p: 121-125
Sujudi. 1995. Mikrobiologi Kedokteran (Edisi Revisi). Jakarta: Bina Rupa Aksara
Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Andi Offset.
Suyono, 1993. Pengelolaan Sumber Daya Air. Fakultas Geografi Universitas.
Wardhana, W.A., 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakrta : Andi Offset Yogyakarta
Widiyanti, N.L.P.M. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Bali : P-MIPA IKIP Negeri Singaraja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar